Tuesday, September 25, 2012

Makalah Organisasi, Lembaga, dan Tokoh Pendidikan Islam


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar belakang Masalah
Sejarah pendidikan islam di Indonesia mulai muncul dan berkembang pada akhir abad ke 19. Ini disebabkan adanya sikap patriotisme dan rasa nasionalisme sekaligus sebagai respon terhadap kepincangan-kepicangan yang ada dikalangan masyarakat Indonesia. Rakyat Indonesia dengan gigih memperjuangkan serta rela mengorbankan jiwa dan harta melalui organisasi umat islam, mereka menyumbangkan andil besar dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Dari organisasi islam ini ditumbuhkan dan dikembangkan sikap dan rasa nasionalisme di kalangan rakyat melalui pendidikan. 
Organisasi islam itu dimunculkan oleh para tokoh-tokoh islam yang mempunyai kapibilitas keilmuan dan keagamaan yang tak diragukan lagi. Organisasi islam ini juga melahirkan berbagai macam lembaga pendidikan beserta system dan isinya.
Untuk itu, hadirnya makalah ini adalah untuk mencoba menerangkan sedikit tentang organisasi islam beserta pendidikan islam.

  1. Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa saja Organisasi Islam yang ada di Indonesia?
2.      Apa Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia?
3.      Siapakah Tokoh-tokoh Pendidikan Islam di Indonesia?










BAB II
PEMBAHASAN
ORGANISASI, LEMBAGA DAN TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN ISLAM

  1. ORGANISASI ISLAM DAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Organisasi islam di Indonesia lahir disebabkan karena tumbuhnya sikap patriotisme dan rasa nasionalisme serta sebagai respon terhadap eksploitasi politik pemerintah kolonial belanda yang mengakibatkan kemunduran total dikalangan masyarakat Indonesia.
Tokoh-tokoh islam menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan rasa nasionalisme dikalangan rakyat dengan melalui pendidikan. Dengan sendirinya kesadaran berorganisasi yang dijiwai dengan perasaan nasionalisme yang tinggi menimbulkan perkembangan dan era baru dikalangan Indonesia, kemudian penyelenggaraan pendidikan yang bersifat nasional itu dimasukkan pada agenda perjuangan. Dengan ini maka lahirlah sekolah-sekolah swasta atas usaha para perintis kemerdekaan.[1]
Ada beberapa organisasi-organisasi sosial keagamaan yang banyak melakukan aktifitas kependidikan, diantaranya :
a.      Al-Jami’at Al-Khoiriyyah
Organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 juli 1905. Perhatian organisasi ini ditujukan pada pendirian dan pembinaan sekolah tingkat dasar dan pengiriman anak-anak ke turki untuk melanjutkan studinya. Organisasi ini merupakan organisasi modern petama dikalangan masyarakat islam, yang memiliki AD/AR, Daftar anggota yang tercatat rapat-rapat secara berskala dan yang mendirikan suatu lembaga pendidikan yang boleh dikatakan cukup modern (kurikulum, kelas-kelas, pemakaian bangku-bangku, papan tulis dan buku)
Dengan demikian organisasi ini bisa dikatakan sebagai pelopr pendidikan islam modern di Indonesia. [2]



b.      Al Ishlah Wal Al Irsyad
Al Ishlah wal Al Irsyad adalah pecahan dari organisasi Jami’at Khoiriyyah, didirikan pada tahun 1913 dan mendapat pengesahan dari belanda pada tanggal 11 Agustus 1915. menurut Steenbrink, organisasi ini lahir karena adanya perpecahan dikalangan Jami’at Khoir mengenai hak istimewa golongan Sayyid, mereka yang tidak setuju dengan kehormatan berlebihan dengan sayyid dikecam dan dicap sebagai reformis, kemudian mendirikan organisasi Jam’iyyah Al Ishlah Wal Irsyad Al ‘Arabiyyah. Tujuan organisasi ini yaitu:
1.      Merubah tradisi dan kebiasaan orang arab tentang kitab suci, bahasa arab, bahasa belanda dan bahasa-bahasa lainya.
2.      Membangun dan memelihara gedung-gedung pertemuan, sekolah dan unit percetakan.
Salah satu perubahan yang di lakukan Al Irsyad adalah pembaharuan dibidang pendidikan. Pada tahun 1913 didirikan disebuah perguruan modern di Jakarta, dengn sistem kelas. Materi pelajaran yang diberikan adalah pelajaran umum dan agama. Sekolah-sekolah Irsyad berkembang dan meluas sampai ke kota-kota dimana Al Irsyad mempunyai cabang dan cara umum, semuanya berada ditingkat rendah.  
Di Jakarta dan Surabaya didirikan sekolah guru  untuk melatih dan mendidik calon-calon guru bagi kebutuhan sekolah Al Irsyad selain itu juga dibuka kursus dimana siswi-siswi bisa memilih spesialisasi dari mata pelajaran agama, pendidikan atau bahasa.[3]

c.       Perserikatan Ulama’
Organisasi ini berdiri atas inisiatif KH. Abdul Halim pada tahun 1911 sebagai perwujudan dari lahirnya gerakn-gerakan pembaharuan islam di Indonesia. Beliau termotifasi untuk melaksanakan kegiatan, terutama dalam bidang pendidikan, diantaranya karena pengalaman selama di makkah yang membuatnya terkesan dengan penyelenggaraan  lembaga pedidikan  bab As Salam, yang sudah menerapkan sistem pendidikan yang cukup maju dengan meninggalkan sistem pendidikan lama yang memakai halaqoh.
Dalam perbaikan mutu lembaga pendidikanya, Abdul Halim berhubungan dengan Jami’at Khoir dan Al Irsyad di Jakarta. Ia juga mewajibkan pada murid-muridnya pada tingkat yang tinggi untuk memahami bahasa arab.
Pada tahun 1932. Abdul  Halim mendirikan “santri asrama” sebuah sekolah berasrama yang dibagi menjadi tiga tingkatan: tingkat permulaan, dasar, dan lanjutan. Kurikulum yang diberikan di sekolah tersebut tidak hanya berupa pengetahuan agama dan umum, tetapi juga keterampilan  yang bernilai ekonomis, pelajar-pelajar santri asrama dilatih dalam pertanian, pekerjaan tangan (besi dan kayu) menenun dan mengolah berbagai bahan seperti membuat sabun. Mereka harus tinggal di asrama di siplin yang ketat, terutama dalam pembagian waktu dan dalam sikap pergaulan hidup mereka. 

d.      Muhammadiyah
Organisasi ini didirikan di jogjakarta pada tanggal 18 Nopember1912 bertepatan pada tanggal 18 Dzulhijjah 1330 H oleh KH. Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan murid-muridnya.
Organiasi ini mempunyai maksud menyebarkan pengajaran kanjeng nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putra dan memajukan agama islam pada anggota-anggotanya.
Tujuan didirikan organisasi ini adalah untuk membebaskan umat islam dari kebekuan dalam segala bidang kehidupanya, dan praktek-praktek agama yang menyimpang dari kemurnian ajaran islam. Saat itu, umat islam telah dipengarui sikap fatalisme, bid’ah, khurofat, dan konservatisme yang berpengaruh kuat pada kehidupan keagamaan dan sosial ekonomi masyarakat muslim Indonesia. Kolonialisme dan misi Kristen telah memburuk keadaan umat islam yang semakin terbelakang dan ketinggalan zaman disegala bidang.
Sebagai organisasi dakwah dan pendidikan muhammadiyyah mendirikan lembaga pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Pada tahun 1915 H KH. Ahmad Dahlan mulai mendirikan sekolah dasarnya yang pertama. Pada sekolah ini diberikan pengetahuan umum, disamping pengetahuan agama. Kemudian diikuti dengan berdirinya sekolah-sekolah Muhammadiyah di pelosok Indonesia.

e.       Nahdlatul Ulama
Organisasi ini didirikan di Surabaya pada tanggal 33 januari 1926 M bertepatan pada tanggal 16 Rajab 1344 H oleh kalangan madzhab yang sering menyebut dirinya sebagai golongan Ahlussunah Waljama’ah yang dipelopori oleh KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Chasbullah dari jombang. Dan alim ulama’ tiap-tiap daerah diantaranya adalah:
1.      KH. Bisri Jombang
2.      KH. Ridean Semarang
3.      KH. Nawawi pasuruan
4.      KH. Asnwi Kudus
5.      KH. Hambali Kudus
6.      K. Nahrawi Malang
7.      KH. Doromuntaha Bangkalan
8.      KH. M. Alwi Abdul Aziz

Gerakan NU berusaha mempertahankan salah satu dari empat madzhab dalam masalah yang berhubungan dengan fiqh madzhab Hanafi, madzhab Maliki, madzhab Syafi’I dan madzhab Hambali. Dalam hal I’tiqod, NU berpegang pada Ahlussunah Waljama’ah. Dalam konteks ini, NU memahami hakikat Ahlussunah Waljama’ah sebagai ajaran islam yang murni sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rosulullah SAW bersama para sahabatnya.
Motifasi utama berdirinya NU adalah mengorganisasikan potensi dan peranan ulama’ pesantren yang sudah ada, untuk ditingkatkan dan dikembangkan secara luas untuk diguakan sebagai wadah untuk mempersatukan dan menyatukan langkah para ulama’ pesantren dalam tugas pengabdian yang tidak terbatas pada masalah kepesantrenan dan kegiatan ritual Islam saja, tetapi lebih ditingkatkan lagi agar para ulama’ lebih peka terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi dan masalah kemasyarakatan pada umumnya.    
f.       Persatuan islam                                                                                                                                                    
Persis didirikan di Bandung pada tanggal 17 september 1923 oleh KH. Zamzam. Pendirian organisasi ini bermula dari pertemuan yang bersifat kenduri kemudian diteruskan dengan bincang-bincang tentang persoalan-persoalan agama dan gerakan-gerakan keagamaan baik di Indonesia maupun di Negara lain. Kegiatan persis diantaranyamengadakan pertemuan-pertemuan umum, tabligh, khitobah, menerbirkan majalah, pamphlet, serta kitab. [4]

g.      Al Washliyah
Al Washliyah didirikan di Medan pada tanggal 30 Nopember 1930 oleh pelajar dan para guru Maktab Islamiyah Tapanuli. Organisasi ini bergerak dibidang pendidikan,  sosial dan keagamaan. Adapun usaha-usaha yang dilakukannya antara lain: mengusahakan berlakunya hukum-hukum islam, membangun perguruan dan mengatur kesempurnaan pelajaran, dan pendidikan, mendirikan dan memelihara tempat ibadah, dan menyantuni fakir miskin dan mendidik anak yatim. [5]

  1. JENIS-JENIS LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Dilihat dari bentuk dan sifat pendidikanya, lembaga-lembaga pendidikan islam tersebut ada yang bersifat formal dan non formal.
a.      Masjid dan surau
Masjid mememgang peranan penting dalam penyelenggaraan pendidikan islam. Sebagai lembaga pendidikan, masjid berfungsi sebagai penyempurna pendidikan dalam keluarga, agar selanjutnya anak mampu melaksanakan tugas-tugas hidup dalam masyarakat dan lingkungannya, Dengan demikian, masjid merupakan lembaga kedua setelah keluarga, yang jenjang pendidikannya terdiri dari sekolah menengah dan sekolah tinggi dalam waktu yang sama. [6]


b.      Pondok Pesantren
Pesantren telah dianggap sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia yang mengakar kuat dari masa pra islam, yaitu bentuk asrama agama budha yang ditransfer menjadi lembaga pendidikan islam. Di bidang pendidikan, pemerintah mengadakan pembinaan agar Pesantren manyadari bahwa kondisi Pesantren yang tidak lagi relevan dengan tuntutan zaman. Pesantren menanggapi himbauan pemerintah dengan mengadakan perubahan terhadap pola pendidikannya agar selaras dengan pendidikan nasional. Belakangan ini Pesantren telah mengalami perkembangan yang luar biasa, dengan berdirinya perguruan tinggi di Pesantren. [7]

c.       Madrasah
Madrasah bukan lembaga pendidikan islam asli Indonesia, tetapi berasal dari dunia islam timur tengah. Di Indonesia istilah “madrasah” di adopsi untuk memenuhi kebutuhan modernisasi pendidikan islam; dengan sistem klasikal, penjenjangan, penggunaan bangku, bahkan memasukkan pengetahuan umum sebagai bagian kurikulumnya. Di Indonesia penggunaan istilah madrasah juga berfungsi untuk membedakan antara lembaga pendidikan islam modern dengan lembaga pendidikan islam tradisional.[8]

d.      Perguruan Tinggi Agama Islam
Umat islam yang merupakan mayoritas dari penduduk Indonesia mencari berbagai cara untuk membangun sistem pendidikan islam yang lengkap, mulai dari pesantren yang sederhana sampai tingkat perguruan tinggi.
Tujuan pendirian lembaga pendidikan tinggi ini pada mulanya adalah menghasilkan ulama’ yang intelek, yaitu mereka yang mempelajari ilmu pengetahuan agama islam yang mendalam dan luas, serta mempunyai pengetahuan umum yang diperlukan dalam masyarakat modern sekarang.

e.       Majelis ta’lim
Majlis ta’lim merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bersifat non formal, Para wali menggunakan majlis ta’lim sebagai madia untuk menyampaikan dakwahnya disaat-saat penyiaran islam.[9]
            
  1. TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
a.      KH. A. Dahlan ( 1869-1923)
Ahmad Dahlan sewaktu mudanya bernama Muhammad Darwis, lahir tahun 1285 H atau 1868 M di kampung kauman Yogyakarta. Ayahnya seorang ulama’ bernama Abu Bakar bin KH. Sulaiman pejabat khotib di masjid besar kesultanan Yogyakarta, ibunya adalah putri H. Ibrohim bin KH. Hasan pejabat penghulu kesultanan.
Semasa kecilnya Ahmad Hasan tidak pergi kesekolah karena orang-orang islam pada waktu itu melarang anak-anaknya memasuki sekolah gubernemen. Sebagai gantinya, Ahmad Dahlan diasuh serta di didik mengaji oleh Ayahnya  sendiri, kemudian ia meneruskan pelajaran tafsir dan hadist serta bahasa arab kepada ulama’ lain di Yogyakarta dan sekitarnya. Dengan bantuan kakaknya (Nyai Hj. Solih) pada tahun 1890, ia pergi ke Mekkah dan belajar disana selama satun  tahun. Ide reformasi yang telah meresap dalam hatinya, dengan dasar ilmu-ilmu yang diperolehnya, demikian pula pengalaman keagamaan yang telah dialami dimekkah dan ia melakukan perubahan-perubahan dalam kehidupan keagamaan kaum muslim ditanah airnya.[10]   

b.      KH. Hasyim Asy’ari (1871-1947)
KH. Hasyim Asy’ari dilahirkan di jombang pada tanggal 14 pemburai 1819M beliau bermula belajar pada ayahnya sendiri KH. Asy’ari kemudian beliau melanjutkan ke pondok Pesantren probolinggo, kemudian pindah ke plangitan, semarang, Madura
Pada tahun 1891 beliau belajar di siwalan panji Sidoarjo dengan asuhan KH. Ya’qub dan yai tersebut tertarik dengan tingkah lakunya dan sopan santunya yang halus, sehingga yai tersebut ingin mengambil untuk dijadikan menantu yang pada akhirnya pada tahun 1892 KH. Hasyim Asy’ari menikah dengan Khodijah, kemudian pergi haji bersama istri dan bermukim disana selama delapan tahun untut menuntut ilmu agama islam dan bahasa arab, sepulang dari makkah beliau membuat Pesantren pada tanggal 26 Robiul awal tahun 1899M yaitu Pesantren tebuireng dijombang untuk mengamalkan dan mengembangkan ilmunya.
Pada tahun 1919 tebuireng mulai ada pembaharuan yang pertama kali dengan mendirikan madrasah salafiyyah sebagai tangga memasuki tingkat menengah Pesantren tebuireng
Pada tahun 1929 KH. Hasyim Asy’ari menunjuk KH. Ilyas untuk dijadikan kepala madrasah salafiyyah dan KH,ilyas akan memperbarui keadaan dalam Pesantren tebuireng yang telah dicita-citakan oleh KH. Hasyim Asy’ari
Pada masa pimpinan KH. Ilyas beliau memasukkan pengetahuan umum ke dalam madrasah salafiyyah yaitu:
1.      Membaca dan menulis latin
2.      Mempelajari bahasa Indonesia
3.      Mempelajari ilmu bumi dan sejarah Indonesia
4.      Mempelajari ilmu hitung.       
c.       KH. Abdul Halim (1887-1962)
KH. Abdul Halim lahir di Ciberelang Majalengka pada tahun 1887 M, beliau adalah pelopor pembaharuan di daerah Majalengka Jawa barat, kemudian berkembang menjadi perserikatan ulama’ pada tahun 1911 kemudian berubah menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) pada tanggal 5 April 1952 M/ 9 Rojab 1371 H. kedua orang tuanya bersal dari keluarga yang taat beragama ayahnya adalah penghulu di jatiwangi.
Dalam bidang pendidikan KH A. Halim menyelenggarakan pendidikan agama seminggu sekali untuk orang-orang dewasa. Pelajaran yang disampaikan adalah fiqh dan hadits, dan berpegang teguh pada madzhab Syafi’i. Dalam menyampaikan pemikirannya, beliau sangat toleran dan penuh perhatian, serta tidak pernah mengecam organisasi lain yang tidak sepaham dengannya.[11]

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa organisasi islam di Indonesia lahir dari sikap nasionalisme masyarakat yang tinggi, menimbulkan perkembangan dilapangan pendidikan dan pengajaran kemudian melahirkan lembaga-lembaga formal yang dipelopori oleh tokoh-tokoh pendidikan islam dilengkapi dengan system dan isinya.
Hadirnya makalah ini telah diupayakan semaksimal mungkin apabila terdapat kekurangan dan kesalahan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya  

B.     Saran
Demikian makalah yang bisa kami sampaikan, makalah ini pasatinya jauh dari kesempurnaan, tidak lain dikarenakan minimnya pengetahuan kami. Dengan tangan terbuka dan lapang dada kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dengan rendah hati kami akan mendengar saran, guna mengevaluasi makalah ini, semoga makalah ini memberi manfaat bagi kita. Amin…..





DAFTAR PUSTAKA


Asrohah, Hanun, 1999, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta; PT. Logos Wacana Ilmu.
K., Enung Rukiah & Fenti Hikmawati, 2008, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung; Pustaka Setia.
Zuhairini, 2008, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta; Bumi Aksara





[1] Zuhairini, 2008, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta; Bumi Aksara. H. 157.
[2] Fenti Hikmawati, 2008, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung; PT. Pustaka Setia.  H. 80
[3] Hanun Asrohah, 1999, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta; PT. Logos Wacana Ilmu. H. 161.
[4] Fenti Himawati, Op.Cit., H. 94
[5] Ibid., H.  97
[6] Ibid., 101
[7] Hanun Asrohah, Op. Cit., H. 183
[8] Ibid., 192
[9] Fenti Hikmawati,Op.Cit., 134
[10] Ibid., H. 81
[11] Zuhairini, Op. Cit, H. 202